Kasus
Pedophilia Heteroseksual
Seorang
kakek (72 tahun) baru dua minggu ditinggal mati oleh istrinya. Ia mengeluh
kepada tetangga sebelah bahwa ia tidak sanggup tidur di rumah sendirian karena
selalu terkenang pada istrinya. Tanpa menaruh curiga, tetangga menawarkan agar
kakek tersebut tidur dengan anak perempuannya yang baru berusia 8 tahun. Anak
perempuan itu rupanya juga sangat sayang pada kakek yang “baik hati” dan ia
sudah menganggap sebagai kakeknya sendiri. Anak ini sering diberi uang jajan
setiap akan pergi ke sekolah antara Rp 500,- hingga Rp 1000,-. Pada suatu pagi,
anak ini menangis ketika buang air kecil karena kesakitan. Ternyata pada organ
genitalnya terdapat luka. Setelah ditanya berulang-ulang oleh ibunya, dengan
takut-takut si anak menceritakan bahwa ia telah di perlakukan oleh kakek
tersebut. Anak tersebut belum mengerti dirinya diapakan oleh si kakek, ia hanya
merasa sakit. Selain itu, ia juga mendapat ancaman dari si kakek untuk tidak
menceritakan apa yang telah terjadi pada siapapun. Kata kakek, kalau bercerita
ia akan dicubit sampai mati. Ketika kakek itu ditanya, ia mengaku bahwa dirinya
tidak mampu menahan nafsunya setelah melihat rok anak tersebut tersingkap
sewaktu tertidur.
Pedophilia
mungkin merasa impoten atau merasa tidak mampu untuk melampiaskan nafsu
birahinya kepada wanita dewasa. Biasanya, kecenderungan ini muncul setelah
pertengkaran dengan istri atau direndahkan oleh teman-temannya. Akan tetapi
pada kasus ini perilaku seksual yang dilampiaskan terhadap anak tersebut bisa
disebabkan oleh karena istri meninggal dunia dan kurang berani untuk
melampiaskan nafsu tersebut pada wanita dewasa diluar pernikahan. Moral yang
rendah pada kakek ini pun merupakan salah satu faktor penyebab perilaku
tersebut. Kecuali itu, kebencian, kemarahan, dan dendam terhadap wanita juga
akan melatarbelakangi perilaku pedophilia.
Dalam
hal ini, terdapat kombinasi antara :
· Regresi,
· Takut
impoten,
· Hambatan
moral dan erotis yang lebih rendah,
· Kesempatan
yang terbatas, untuk mendapatkan pasangan seksual yang wajar.
Kinsey menambahkan bahwa penurunan
reaksi erotis, kehilangan kapasitas untuk penampilan dan penurunan kehidupan
emosi dari seorang individu yang disebabkan oleh rasa kesunyian di hari tua,
baik sebagai orang tua atau kakek, mendorong seseorang untuk menguasai atau
menarik perhatian anak-anak tetangga atau bahkan cucunya sendiri. Disisi lain,
anak-anak belum mengerti sama sekali akan mekanisme koitus, sehingga mereka
menginterpretasikan pendekatan “kakek” sebagai salah satu bentuk rasa kasih
sayang yang diberikan orang dewasa kecuali orang tuanya sendiri. Anak-anak
tidak memahami bahwa perlakuan kakek merupakan usaha perkosaan.
Kasus
Pedophilia Homoseksual :
Ketakutan
kastrasi juga melatarbelakangi pedophilia. Untuk itu, pedophilia homoseksual
memanipulir anak laki-laki sebagai objek pemuasan hasrat seksualnya.
Seorang
anak laki-laki (berumur 15 tahun), menderita anxiety disorder neurosa,
pengalaman traumatic yang ia alami terjadi ketika berusia 13 tahun, saat duduk
di kelas 1 SMP. Pada saat itu, guru matematikanya seorang pria berumur
kira-kira 25 tahun, mengundangnya ke rumah dengan alasan akan diberi tambahan
pelajaran. Tetapi, ternyata ia di paksa melakukan oral genital oleh guru
tersebut dengan ancaman akan diberi nilai 3 untuk pelajaran marematika di
rapornya. Disamping itu, gurunya juga memainkan alat genitalnya sehingga ia pun
merasakan adanya ransangan seksual.
Pengalaman
ini begitu mengesankan, sehingga ia terpaku dan bahkan setelah kejadian pertama
justru ia sendiri ketagihan dan ingin mengulang perbuatan tersebut. Sehingga,
terbinalah relasi pedophilis homoseksual.
Akan
tetapi di pihak lain, ia merasa sangat berdosa karena perilaku itu sangat
bertentangan dengan ajaran agamanya. Ia menderita ketegangan psikis dan manjadi
neurotis. Konsentrasinya terganggu serta prestasi belajarnya pun semakin
menurun dan ia merasa gagal dalam hidup. Kegagalan demi kegagalan saling
tumpang tindih disertai oleh peningkatan derajat ketegangan emosional dan
keterpakuan terhadap perilaku homoseksual pun semakin tertanam.
Posting Komentar